Doha.Jabartrust.com, – Hamas berusaha menampilkan citra sebagai kelompok yang terorganisir dan memiliki kendali. Hal ini terlihat dalam proses pembebasan sandera Israel baru-baru ini. Mohamad Elmasry, profesor studi media di Institut Studi Pascasarjana Doha, menjelaskan kepada Al Jazeera bahwa cara Hamas mengatur pembebasan tawanan menunjukkan tingkat organisasi yang tinggi.
“Hamas ingin menunjukkan bahwa mereka tetap memiliki kendali dan kekuatan, serta harus diperhitungkan dalam perkembangan situasi selanjutnya,” kata Elmasry, dikutip dari Al Jazeera.
Pembebasan sandera ini dilakukan hanya beberapa kilometer dari rumah Yahya Sinwar, pemimpin Hamas yang telah tewas. Proses ini berlangsung di bawah pengamanan ketat dan disertai unjuk kekuatan dari Hamas serta Jihad Islam Palestina. Para pejuang dari kedua kelompok ini terlihat mengenakan seragam militer lengkap dan membawa senjata otomatis.
Di lokasi pembebasan, terdapat gambar para pemimpin militer Hamas yang telah gugur, dengan tulisan dalam bahasa Inggris, Arab, dan Ibrani yang berbunyi: “O Yerusalem, jadilah saksi: Kami adalah prajuritmu.” Bendera negara-negara Arab juga tampak di latar belakang, serta slogan lain yang berbunyi, “Kami menyeberang dengan cepat.”
Selain itu, terpajang foto pangkalan militer Israel yang diserang oleh pejuang Palestina pada 7 Oktober lalu, serta gambar Yahya Sinwar yang duduk di dalam rumah yang hancur, menghadap jendela dengan pemandangan Yerusalem di kejauhan. Ini mengisyaratkan bahwa kelompok tersebut masih memandang Yerusalem sebagai tujuan perjuangan mereka.
Di sisi lain, sumber dari Brigade Qassam, sayap bersenjata Hamas, mengungkapkan bahwa mereka memberikan koin emas kepada Sagui Dekel-Chen, salah satu sandera yang dibebaskan. Koin tersebut ditujukan sebagai hadiah untuk putrinya, yang lahir empat bulan setelah ia ditangkap.
Pembebasan sandera ini juga menuai tanggapan dari berbagai pihak. Uri Dromi, mantan kolonel Angkatan Udara Israel sekaligus direktur pendiri Jerusalem Press Club, berharap proses ini bisa membuka jalan bagi masa depan Gaza yang lebih baik. Namun, ia menegaskan bahwa pembangunan kembali Gaza tidak boleh melibatkan Hamas atau Jihad Islam Palestina.
“Kita tidak bisa membiarkan Hamas menjadi bagian dari masa depan Gaza. Jika melihat panggung yang mereka buat di Khan Younis, ada dua hal yang mencolok: slogan kosong tentang Yerusalem dan rumah-rumah yang hancur di belakangnya—itulah kenyataan yang dialami rakyat Gaza akibat Hamas,” kata Dromi.
Menurutnya, untuk menciptakan masa depan yang lebih baik bagi warga Gaza, diperlukan upaya pembangunan kembali yang tidak melibatkan kelompok-kelompok tersebut.**(Red).