JAKARTA.JABARTRUSTED.COM,- Selama 50 tahun, empat wajah yang tak pernah sama tapi selalu terlihat serupa itu telah menjadi ikon dalam dunia musik. Putih, hitam, kilau perak, dan corak teatrikal adalah ciri khas KISS—band asal New York City yang menyulap setiap panggung menjadi arena pertunjukan rock yang nyaris mistis. Tapi pada November 2025 nanti, untuk pertama kalinya, mereka akan tampil di atas panggung… tanpa topeng.
Langkah ini bukan sekadar gimmick ulang tahun. Ini adalah keputusan artistik yang memuat banyak pesan: kejujuran, penutupan, dan mungkin juga pengakuan bahwa zaman sudah berubah.
Wajah Sejati di Balik Cat
KISS bukan sekadar band. Mereka adalah brand visual, hampir setara dengan Marvel dalam hal menciptakan karakter. Paul Stanley dengan bintang di mata, Gene Simmons dan lidahnya yang legendaris, Ace Frehley si Spaceman, dan Peter Criss si Catman—semua hadir bukan hanya sebagai musisi, tapi entitas panggung yang nyaris mitologis.
Namun, keputusan tampil tanpa makeup di Las Vegas pada 14–16 November mendatang, menandai titik balik. Menurut seorang sumber dalam promotor, keputusan ini datang dari diskusi internal yang cukup lama pasca tur perpisahan mereka tahun 2023. Gene Simmons, yang sebelumnya dikenal paling keras mempertahankan identitas visual band, justru jadi yang paling vokal mendorong ide ini.
“Sudah waktunya kita bertemu fans sebagai manusia biasa, bukan legenda,” ujar Simmons dalam salah satu sesi wawancara singkat di New York awal bulan ini.
Rekonsiliasi dengan Masa Lalu
Konser ini bukan hanya soal visual. Di atas panggung nanti, akan hadir Bruce Kulick—mantan gitaris yang bermain bersama KISS era 1984–1996. Kembalinya Kulick ke panggung tak pelak memunculkan spekulasi: apakah ini sinyal rekonsiliasi yang lebih luas?
Selama puluhan tahun, KISS dikenal sebagai band dengan hubungan internal yang sering tegang. Konflik terbuka antara personel, pergantian lineup, hingga perseteruan hukum mewarnai perjalanan mereka. Konser tanpa makeup ini seolah menjadi momen kontemplasi: semacam ruang maaf, atau paling tidak, ruang pengakuan bahwa mereka telah melewati banyak badai.
“Ini semacam penebusan dosa,” kata seorang kru lama KISS yang kini menetap di Las Vegas. “Akhirnya mereka tidak hanya melepaskan makeup, tapi juga ego.”
Ketika Avatar Tak Lagi Cukup
Tahun lalu, KISS mengumumkan rencana konser virtual menggunakan avatar digital. Proyek futuristik itu dijadwalkan digelar pada 2027, dan menurut Tommy Thayer, butuh waktu lama agar “avatar itu mencerminkan esensi KISS.”
Namun, keputusan untuk kembali ke panggung secara fisik—dan justru tanpa cat wajah—membuktikan bahwa teknologi belum sepenuhnya bisa menggantikan sentuhan manusia. Fans ingin melihat kerutan, air mata, dan mungkin peluh terakhir dari legenda yang telah mengubah konser rock menjadi panggung sirkus api.
Bukan Akhir, Tapi Awal yang Baru?
Setengah abad bukan waktu yang singkat untuk sebuah band bertahan. Apalagi band yang dibangun bukan hanya dari musik, tapi dari mitos. Bagi banyak penggemar, KISS adalah bagian dari identitas masa muda, pemberontakan, dan semangat hidup. Konser tanpa topeng ini mungkin bukan pertunjukan paling meriah mereka, tapi bisa jadi paling jujur.
Jika konser ini menjadi akhir dari KISS sebagai persona panggung, maka inilah akhir yang manusiawi. Sebuah pengakuan bahwa di balik api, darah tiruan, dan platform boots setinggi lutut, ada empat pria yang kini menua—tapi masih punya cinta untuk musik, dan untuk penonton yang tak pernah benar-benar meninggalkan mereka.
Dan November nanti, ketika lampu panggung menyala di Las Vegas tanpa bias makeup di wajah mereka, para penggemar mungkin akhirnya melihat KISS untuk pertama kalinya—seutuhnya.