Rumah yang Tak Lagi Tegak: Cerita Warga Cibabat di Tengah Tanah yang Bergerak

CIMAHI.JABARTRUSTED.COM,- , 8 April 2025 — Suara gemuruh itu datang menjelang malam. Seolah bumi sedang menarik napas panjang sebelum melepaskannya dalam bentuk amarah. Di Kampung Babut Tengah, Cibabat, Cimahi Utara, Hindarsyah Saputra (43) berdiri terpaku menatap dinding rumahnya yang retak, lalu ambruk seiring tanah yang perlahan amblas.

“Seperti ada suara besar dari dalam tanah. Tembok mulai retak, terus lantai terasa goyang. Begitu keluar, rumah sebelah sudah roboh,” ujarnya pelan, suaranya masih bergetar meski hari telah berganti.

Rumah yang telah ia huni bersama keluarganya selama tujuh tahun itu kini tak lagi layak ditempati. Bagian atap dan dindingnya runtuh, fondasinya tenggelam oleh gerak bumi yang labil.

Di tengah kepanikan dan ketidakpastian, Hindarsyah dan keluarga mengungsi ke rumah mertua. Sementara di rumah lain, Memen (52), hanya bisa pasrah menyaksikan rekahan besar di tengah rumah yang ia tempati bersama istrinya yang sedang sakit stroke.

“Kalau hujan deras, takut rumah roboh. Tapi mau ke mana lagi?” katanya lirih.

Pergerakan tanah di Cibabat bukan sekadar musibah. Ini adalah potret nyata dari akumulasi persoalan: tata ruang yang abai, pembangunan yang tidak memperhitungkan kontur alam, dan curah hujan yang semakin ekstrem.

Menurut BPBD Kota Cimahi, fenomena ini bersifat alami. Namun, “alami” tak selalu berarti tanpa akar. Lokasi yang berada di lereng dan struktur tanah yang labil menjadi penyebab utama. Ditambah pembangunan rumah yang terus merambah lereng tanpa mitigasi berarti.

Hingga kini, dari 10 rumah yang terdampak, empat di antaranya mengalami kerusakan berat. Namun angka itu tak mencakup trauma yang membekas di kepala warga, juga hilangnya rasa aman di rumah sendiri.

Pergerakan tanah di Kampung Babut Tengah, Kelurahan Cibabat, telah merusak setidaknya 10 rumah. Namun peristiwa ini tak datang tiba-tiba. Dari penelusuran kami, tanda-tanda krisis telah muncul jauh sebelum tanah bergeser.

1. Zona Bahaya yang Diabaikan

Cibabat termasuk dalam kawasan rawan gerakan tanah tingkat menengah hingga tinggi berdasarkan peta dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Namun, pembangunan permukiman tetap berlangsung. Tak ada papan peringatan, apalagi mitigasi struktural seperti pondasi beton bertulang atau sistem drainase dalam.

2. Ketidaksiapan Pemerintah Daerah

Dalam wawancara dengan sumber internal BPBD Cimahi, ditemukan bahwa kelurahan belum memiliki sistem pemantauan geoteknis. “Kami seringkali hanya bisa reaktif, bukan preventif,” ujar sumber kami, yang meminta anonimitas.

3. Izin Bangunan di Zona Rawan

Dari dokumen yang diperoleh, sebagian rumah yang terdampak tidak memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang sesuai dengan kajian geologis. Artinya, rumah dibangun di atas tanah rapuh tanpa rekomendasi teknis. Pemerintah kota terkesan menutup mata.

4. Korban yang Terlupakan

Warga seperti Memen kini tinggal di rumah yang sudah retak besar. Ia mengurus istrinya yang lumpuh akibat stroke dalam ketidakpastian. Bantuan dari Pemkot Cimahi disebut belum menyentuh kebutuhan mendesak: tempat tinggal layak, bantuan medis, dan trauma healing.

5. Ancaman Gelombang Kedua

Menurut pengamatan geoteknik yang dilakukan ahli dari salah satu kampus teknik terkemuka di Bandung, area sekitar masih berisiko longsor susulan. Terlebih jika hujan deras mengguyur terus, dan retakan baru sudah mulai terlihat.***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *